peristiwa penting sebelum hijrahnya Rasulullah ke Madinah
peristiwa sebelum hijrahnya Rasulullah ke Madinah.Ada beberapa peristiwa penting yang terjadi sebelum Rasulullah dan umat Islam hijrah ke Madinah.
1. Dari generasi ke generasi, masyarakat Yahudi di Madinah dengan penuh harapan selalu menantikan Nabi Muhammad (SAW). Mereka ini selalu mengatakan kepada suku Aus dan Khazrij yang berkuasa di Madinah, “Jika Nabi Muhammad (SAW) telah datang maka dengan pertolongannya kami akan meruntuhkan kekuasaan kalian.”
2. Didalam musim haji tahun ke-sebelas Nabawi (kenabian), enam orang suku Khazrij menjumpai Rasulullah (SAW) dan memeluk Islam. Dengan jalan ini mereka berharap dapat menghukum orang-orang Yahudi dengan pertolongan dari beliau (SAW).Tahun berikutnya, bertambah lagi tujuh orang Madinah memeluk Islam. Rasulullah (SAW) mengutus Musaab bin Umair sebagai duta yang pertama sekaligus juru dakwah Islam.
3. Dalam tahun ke-13 Nabawi, 75 orang dari Madinah mengundang Nabi (SAW) untuk datang ke Madinah dan memberikan jaminan perlindungan terhadap beliau (SAW) dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
4. Lebih jauh lagi, selain jaminan keamanan, diantara Nabi (SAW) dengan para tamu dari Madinah itu pun terjadi hal terpenting dalam sejarah, dimana ummat Muslim mendapatkan ‘tanah-kelahiran’ baru untuk memulai pengembangan masyarakat Muslim disana. Maka Rasulullah (SAW) pun memberikan ijin hijrah ke Madinah kepada ummat Muslim.
PENGORBANAN TERBESAR:
Seorang Arab hanya dapat dikenali melalui ikatan kesukuannya. Jika ikatannya terputus maka ia pun menjadi ‘orang-hilang’ yang tanpa makna sekecil apapun. Siapa saja bisa membunuh si ‘orang-hilang’ itu tanpa harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Berhijrah berarti juga memutuskan diri dari ikatan kesukuan yang dimilikinya. Inilah pengorbanan terbesar yang telah dipilih oleh Nabi Muhammad (SAW) dan para pengikutnya, karena siapapun tidak perlu merasa takut untuk membunuh mereka.
Mereka melakukan pengorbanan sejauh itu hanya dan hanya demi untuk melaksanakan keIslaman mereka. Suku Quraisy di Makkah amat sangat geram mengetahui orang-orang Muslim bersama dengan suku-suku berkuasa di Madinah. Maka mereka berbuat segala cara untuk menimpakan penderitaan kepada orang-orang Muslim atas hijrah mereka itu. Salah satu contoh, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Ishaq, Abu Salamah (RA) mencoba untuk hijrah dari Makkah ke Madinah bersama istri dan seorang anak mereka. Maka para iparnya pun mengambil istrinya secara paksa, sedangkan keluarganya sendiri juga melarikan anaknya. Maka ia pun berhijrah seorang diri. Sang Istri menangis berhari-hari karena dipisahkan dari suami dan anaknya. Berselang setahun kemudian seorang dari suku si istri menaruh iba kepadanya dan membantunya mendapatkan ijin hijrah ke Madinah bagi istri dan anak Abu Salamah (RA).
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ketika Suhaib (RA) berusaha hijrah, Orang Quraisy berkata kepadanya, “Ketika dulu kamu datang kemari, kamu sangat miskin dan tak dipandang sebelah mata. Kini kamu kaya raya. Kami tak kan relakan kamu pergi membawa kekayaanmu.” Suhaib (RA) menjawab, “Jika kuberikan semua kekayaanku kepada kalian, akankah kalian relakan aku pergi?" Mereka menyetujui. Suhaib (RA) menyerahkan semua hartanya kepada mereka dan berhijrahlah ia ke Madinah. Mengetahui hal ini Rasulullah (SAW) berkata, “Suhaib telah melakukan pertukaran yang menguntungkan dirinya. Sungguh, Suhaib benar-benar telah melakukan pertukaran yang menguntungkan dirinya.”
Semua muhajirin mengalami hal-hal serupa itu. Meskipun harus menghadapi hal sedemikian, hampir semua Muslim memilih berhijrah ke Madinah. Orang Quraisy begitu marah melihat kenyataan ini. Pada suatu malam, mereka menempatkan pasukan yang beranggotakan perwakilan masing-masing suku; satu suku mengutus satu orang; di sekeliling rumah Rasulullah (SAW). Mereka bahu-membahu untuk melakukan pembunuhan terhadap beliau ketika keluar rumah di pagi hari. Dengan cara demikian maka suku darimana Nabi SAW berasal takkan dapat menuntut balas terhadap semua suku yang terlibat.
Perhatikan Surah Al-Anfal, ayat 30 berikut ini:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu-daya.
Allah (SWT) memberitahu Rasulullah (SAW) perihal rencana jahat mereka. Beliau (SAW) kemudian menyampaikan kepada Ali (RA), “Tidurlah kamu di tempat tidurku dan berhijrahlah ke Madinah setelah kamu selesaikan pengembalian seluruh harta-benda (deposit) yang telah diamanahkan/dititipkan oleh orang-orang didalam rumahku.”
Beberapa Catatan Penting:
1. Bagaimanapun kebencian mereka, musuh-musuh yang haus darah itu paham betul bahwa Muhammad (SAW) adalah seorang yang amat dapat dipercaya. Maka mereka biasa menitipkan barang-barang berharga yang mereka miliki kepada beliau (SAW) demi alasan keamanan.
2. Sebelum Rasulullah (SAW) berhijrah, beliau memastikan terlebih dahulu bahwa barang-barang berharga titipan musuh-musuhnya, dalam keadaan bagaimanapun juga, harus dikembalikan kepada mereka.
3. Ali (RA) merasa yakin bahwa ia akan tetap selamat dan sanggup melaksanakan pesan yang sulit itu sebab yang menugaskannya adalah Rasulullah (SAW).
4. Nabi Muhammad (SAW) menhargai bakat yang dimiliki oleh Ali (RA) walaupun ketika itu Ali (RA) masih muda belia.
SEBUAH MUKJIZAT
Rasulullah (SAW) pergi meninggalkan rumah beliau pada malam hari dengan berjalan-kaki melewat musuh-musuh yang mengepung rumah beliau, sambil membaca ayat ke-9 dari Surah Yaa-Siin:
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Maka Allah (SWT) pun menghalangi penglihatan mereka sehingga mereka tak dapat melihat Rasulullah (SAW) meskipun beliau sempat menaburkan debu keatas kepala setiap anggota pasukan yang mengepung di sekitar rumah beliau.
PERJALANAN HIJRAH RASULULLAH (SAW)
Dari rumah beliau; Rasulullah (SAW) pergi menuju rumah Abu Bakar (RA) dan kemudian mereka berdua melompat keluar melalui jendela belakang rumah dan melarikan diri di kegelapan malam sebagaimana telah direncanakan. Berdua saja mereka menempuh jarak lebih-kurang 7.5 Km menuju sebuah goa yang dikenal dengan sebutan “Goa Tsur”.
Orang-orang kafir amat sangat marah karena ternyata adalah Ali (RA) yang berada di tempat tidur Nabi Muhammad (SAW), maka pencarian dan pengejaran secara besar-besaran terhadap Rasulullah (SAW) pun mereka lakukan. Mereka mengumumkan sayembara berhadiah 100 ekor onta bagi siapa saja yang dapat menyerahkan kepala Nabi (SAW).
SATU MUKJIZAT LAGI:
Sepasukan orang kafir telah sampai di depan goa Tsur. Mereka mendapati adanya sarang laba-laba di mulut goa. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak masuk kedalam goa, sebab jika beliau (SAW) memasuki goa maka tentu sarang laba-laba itu telah rusak. Sekelompok yang lain, juga sampai di mulut goa itu dan mendapati sebuah sarang burung lengkap dengan beberapa butir telur burung yang berada tepat di mulut goa Tsur. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak pernah masuk kedalam goa ini, sebab jika hal itu terjadi maka tentulah jaring laba-laba dan sarang burung itu sudah tidak lagi berada pada tempatnya.
Perhatikanlah hal ini; musuh sebenarnya hanya kira-kira satu meter dari beliau (SAW), namun Allah (SWT) melindungi Nabi-Nya dengan ciptaan-Nya yang paling rapuh; yakni sebuah jaring laba-laba.
Setiap kali, Abu Bakar (RA) berujar, “Jika saja musuh kita membungkukkan badan, mereka pasti dapat melihat kita.” Rasulullah pun menjawab, “Janganlah cemas, pertolongan Allah (SWT) menyertai kita.”.
Surah At-Taubah , ayat-40:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Maka hanya atas Kasih-sayang Allah (SWT) sajalah mereka berdua bisa bersikap tenang didalam keadaan yang sedemikian genting, dan Allah pun menolong mereka berdua dengan pasukan-Nya yang tak terlihat oleh mata manusia.
DI DALAM GOA TSUR:
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka berdua.
1. Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan menyampaikan berita perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.
2. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa pada malam hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga cukup kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.
3. Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa ini, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4. Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada Nabi (SAW) sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham untuk onta itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai onta Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.
5. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
MUKJIZAT BERIKUTNYA:
Selama menempuh perjalanan dari makkah ke Madinah rombongan mereka lewat di dekat kemah Ummu Maabad. Mereka pun bertanya, “Adakah kamu memiliki sesuatu yang boleh kami makan atau minum?” Ia menjawab, “Maaf, sudah tidak ada sama sekali. Bahkan domba-domba kami pun sedang digembalakan jauh dari sini oleh suami saya.” Rasulullah (SAW) melihat seokor domba berada di dekat kemah, maka beliau pun bertanya, “Bagaimana dengan domba ini?” Ummu Maabad berkata, “Domba ini sangat lemah, tidak ada susu padanya setetes pun.” Nabi (SAW) bertanya, “Bolehkah aku coba memerah susunya?” Ia pun mempersilahkan, “Cobalah, sekiranya bisa mendapatkan susu darinya.”
Kemudian beliau (SAW) mengelus domba itu seraya memanjatkan doa dan mulai memerah susu domba itu dan ditampung dalam sebuah wadah. Ummu Maabad pun diberi minum susu domba itu hingga puas. Begitu juga dengan mereka yang menyertai beliau, mereka pun minum hingga puas.
Sekali lagi beliau memerah susu domba itu sepenuh wadah dan meninggalkannya untuk Ummu Maabad. Manakala suami Ummu Maabad kembali ke kemahnya, ia pun terperanjat melihat ada sediaan susu. Diceritakanlah kepada sang suami bahwa seorang yang sangat mulia akhlaqnya baru saja mengunjunginya. Ia gambarkan juga ciri-ciri tamunya itu. Sang suami berkata, “Ciri-cirinya serupa benar dengan seseorang yang sedang dicari-cari oleh orang-orang Quraisy. Semoga saja aku dapat menjadi sahabatnya.” (Zadul Ma'ad).
Adapun rombongan Rasulullah (SAW) melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Suraqah bin Malik mengejar mereka dengan menunggang kuda dan berharap dapat menangkap dan menyerahkan Nabi (SAW) kepada kaum Quraisy agar dapat memenangkan hadiah seratus ekor onta. Namun, begitu ia telah begitu dekat dengan rombongan itu, kuda yang ditungganginya terjatuh. Entah bagaimana, kaki kuda itu terbenam kedalam pasir. Ia telah mengupayakan empat hal dengan hasil yang sama. Suraqah menyadari bahwa ia telah berusaha menangkap Rasulullah (SAW). Ia berjalan menghampiri Nabi (SAW) dan menyampaikan maksud jahat dengan kehadirannya disitu. Suraqah memohon agar Rasulullah (SAW) memaafkan dirinya beserta semua warga sukunya, dan juga memohon agar beliau (SAW) tidak menuntut balas terhadap mereka kelak pada waktu menaklukan kaum Quraisy. Rasulullah (SAW) dengan sangat bijaksana meluluskan permintaan Suraqah. Kelak kemudian, Suraqah pun memeluk Islam. (Zadul Ma’ad).
Buraidah Aslami, seorang kepala suku, juga ikut melakukan pengejaran dan pencarian terhadap Rasulullah (SAW) demi memenangi sayembara berhadiah yang diadakan oleh kaum Quraisy. Ia telah mengetahui posisi rombongan Nabi (SAW) dan iapun mendekat dan berbicara kepada beliau (SAW), namun pada akhirnya beliaupun dapat menundukkan hati Buraidah, sehingga Buraidah berikut tujuh-puluh orang lelaki warganya pun memeluk Islam, diantaranya langsung pada saat itu dan ada juga yang kemudian. Ia kibarkan bendera putih yang terbuat dari sorbannya dan kembali pulang ke Makkah sambil mengumumkan dengan suara keras bahwa, Rasulullah; sang raja perdamaian dan keadilan; sedang dalam perjalanan. (dari kitab Rahmatul-‘Alamin oleh Mohammad Sulaiman).
TIBA DI QUBA’:
Penduduk Madinah dan suku-suku di sekitarnya telah berhari-hari menantikan kedatangan Rasulullah (SAW), mereka duduk berkelompok di sekitar tempat tinggal mereka. Manakala telah tengah hari dimana terik matahari sudah tak tertahankan, mereka kembali masuk ke dalam rumah masing-masing. Di suatu siang, seorang Yahudi sedang mendaki sebuah bukit kecil bermaksud mencari sesuatu yang bisa berguna. Ia melihat Nabi (SAW) beserta para sahabat beliau dalam pakaian putih-putih sedang berjalan mendekati Quba’. Maka, dengan suara lantang ia umumkan hal ini kepada orang-orang Arab.
Ummat Muslim Quba’ pun bergegas keluar rumah berhiaskan pedang di tangan, penuh keriangan menyambut kehadiran Nabi Muhammad (SAW). Abu Bakar (RA) menjabat tangan dengan mereka satu-persatu, Nabi (SAW) duduk beristirahat. Pada waktu bersamaan, sinar matahari jatuh tepat ke wajah Rasulullah (SAW). Abu Bakar (RA) pun segera memayungkan selembar kain alas keatas Nabi (SAW) untuk melindungi beliau dari sengatan sinar matahari. Dengan demikan mengertilah mereka bahwa itulah Rasulullah (SAW). (Bukhari).
Maka saat itu juga orang-orang Yahudi menjadi saksi atas terpenuhinya janji Allah (SWT) didalam kitab suci mereka, dimana disebutkan didalamnya bahwa datangnya dari arah selatan, dan Sang Quddus (insan suci) itu berasal dari pegunungan Faran.
Selang beberapa hari kemudian, Nabi (SAW) mendirikan masjid di Quba sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an. Beliau (SAW) dan seluruh sahabat terlibat langsung dalam pembangunan masjid ini. Semua Muslim adalah setara dan mereka semua sangat antusias untuk memperoleh balasan dari Allah (SWT). Setelah bermalam beberapa hari, Rasulullah (SAW) dan para sahabat melanjutkan perjalanan menuju Madinah pada hari Jum’at dan melaksanakan Shalat Jum’at di sebuah lahan di lingkungan suku Banu Salim Bin Auf. Sampai sekarang masih dapat kita saksikan sebuah masjid tegak berdiri di tempat itu, masjid itu dinamakan Masjid Jum’ah.
TIBA DI MADINAH
Setiba Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu sampai terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).
ARTI PENTING HIJRAH:
Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1. Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah kelompok/golongan didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.
2. Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada tanggal 16 Juli 632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah dimulainya perhitungan kalender Hijriyah.
3. Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam. Peristiwa bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan kelompok Yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi yang kemudian.
4. Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar (RA) sebagai teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam Al-Quran, Surah At-Taubah. Ini merupakan penghargaan paling utama bagi Abu Bakar (RA).
5. Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat mengambil kesimpulan bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan yang amat penting dalam peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan bahwasanya sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap diri sahabat yang demikian dihormati ini.
referensi : https://www.facebook.com/KumpulanSejarahIslam
1. Dari generasi ke generasi, masyarakat Yahudi di Madinah dengan penuh harapan selalu menantikan Nabi Muhammad (SAW). Mereka ini selalu mengatakan kepada suku Aus dan Khazrij yang berkuasa di Madinah, “Jika Nabi Muhammad (SAW) telah datang maka dengan pertolongannya kami akan meruntuhkan kekuasaan kalian.”
2. Didalam musim haji tahun ke-sebelas Nabawi (kenabian), enam orang suku Khazrij menjumpai Rasulullah (SAW) dan memeluk Islam. Dengan jalan ini mereka berharap dapat menghukum orang-orang Yahudi dengan pertolongan dari beliau (SAW).Tahun berikutnya, bertambah lagi tujuh orang Madinah memeluk Islam. Rasulullah (SAW) mengutus Musaab bin Umair sebagai duta yang pertama sekaligus juru dakwah Islam.
3. Dalam tahun ke-13 Nabawi, 75 orang dari Madinah mengundang Nabi (SAW) untuk datang ke Madinah dan memberikan jaminan perlindungan terhadap beliau (SAW) dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
4. Lebih jauh lagi, selain jaminan keamanan, diantara Nabi (SAW) dengan para tamu dari Madinah itu pun terjadi hal terpenting dalam sejarah, dimana ummat Muslim mendapatkan ‘tanah-kelahiran’ baru untuk memulai pengembangan masyarakat Muslim disana. Maka Rasulullah (SAW) pun memberikan ijin hijrah ke Madinah kepada ummat Muslim.
PENGORBANAN TERBESAR:
Seorang Arab hanya dapat dikenali melalui ikatan kesukuannya. Jika ikatannya terputus maka ia pun menjadi ‘orang-hilang’ yang tanpa makna sekecil apapun. Siapa saja bisa membunuh si ‘orang-hilang’ itu tanpa harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Berhijrah berarti juga memutuskan diri dari ikatan kesukuan yang dimilikinya. Inilah pengorbanan terbesar yang telah dipilih oleh Nabi Muhammad (SAW) dan para pengikutnya, karena siapapun tidak perlu merasa takut untuk membunuh mereka.
Mereka melakukan pengorbanan sejauh itu hanya dan hanya demi untuk melaksanakan keIslaman mereka. Suku Quraisy di Makkah amat sangat geram mengetahui orang-orang Muslim bersama dengan suku-suku berkuasa di Madinah. Maka mereka berbuat segala cara untuk menimpakan penderitaan kepada orang-orang Muslim atas hijrah mereka itu. Salah satu contoh, sebagaimana diriwayatkan Ibnu Ishaq, Abu Salamah (RA) mencoba untuk hijrah dari Makkah ke Madinah bersama istri dan seorang anak mereka. Maka para iparnya pun mengambil istrinya secara paksa, sedangkan keluarganya sendiri juga melarikan anaknya. Maka ia pun berhijrah seorang diri. Sang Istri menangis berhari-hari karena dipisahkan dari suami dan anaknya. Berselang setahun kemudian seorang dari suku si istri menaruh iba kepadanya dan membantunya mendapatkan ijin hijrah ke Madinah bagi istri dan anak Abu Salamah (RA).
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa ketika Suhaib (RA) berusaha hijrah, Orang Quraisy berkata kepadanya, “Ketika dulu kamu datang kemari, kamu sangat miskin dan tak dipandang sebelah mata. Kini kamu kaya raya. Kami tak kan relakan kamu pergi membawa kekayaanmu.” Suhaib (RA) menjawab, “Jika kuberikan semua kekayaanku kepada kalian, akankah kalian relakan aku pergi?" Mereka menyetujui. Suhaib (RA) menyerahkan semua hartanya kepada mereka dan berhijrahlah ia ke Madinah. Mengetahui hal ini Rasulullah (SAW) berkata, “Suhaib telah melakukan pertukaran yang menguntungkan dirinya. Sungguh, Suhaib benar-benar telah melakukan pertukaran yang menguntungkan dirinya.”
Semua muhajirin mengalami hal-hal serupa itu. Meskipun harus menghadapi hal sedemikian, hampir semua Muslim memilih berhijrah ke Madinah. Orang Quraisy begitu marah melihat kenyataan ini. Pada suatu malam, mereka menempatkan pasukan yang beranggotakan perwakilan masing-masing suku; satu suku mengutus satu orang; di sekeliling rumah Rasulullah (SAW). Mereka bahu-membahu untuk melakukan pembunuhan terhadap beliau ketika keluar rumah di pagi hari. Dengan cara demikian maka suku darimana Nabi SAW berasal takkan dapat menuntut balas terhadap semua suku yang terlibat.
Perhatikan Surah Al-Anfal, ayat 30 berikut ini:
Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu-daya.
Allah (SWT) memberitahu Rasulullah (SAW) perihal rencana jahat mereka. Beliau (SAW) kemudian menyampaikan kepada Ali (RA), “Tidurlah kamu di tempat tidurku dan berhijrahlah ke Madinah setelah kamu selesaikan pengembalian seluruh harta-benda (deposit) yang telah diamanahkan/dititipkan oleh orang-orang didalam rumahku.”
Beberapa Catatan Penting:
1. Bagaimanapun kebencian mereka, musuh-musuh yang haus darah itu paham betul bahwa Muhammad (SAW) adalah seorang yang amat dapat dipercaya. Maka mereka biasa menitipkan barang-barang berharga yang mereka miliki kepada beliau (SAW) demi alasan keamanan.
2. Sebelum Rasulullah (SAW) berhijrah, beliau memastikan terlebih dahulu bahwa barang-barang berharga titipan musuh-musuhnya, dalam keadaan bagaimanapun juga, harus dikembalikan kepada mereka.
3. Ali (RA) merasa yakin bahwa ia akan tetap selamat dan sanggup melaksanakan pesan yang sulit itu sebab yang menugaskannya adalah Rasulullah (SAW).
4. Nabi Muhammad (SAW) menhargai bakat yang dimiliki oleh Ali (RA) walaupun ketika itu Ali (RA) masih muda belia.
SEBUAH MUKJIZAT
Rasulullah (SAW) pergi meninggalkan rumah beliau pada malam hari dengan berjalan-kaki melewat musuh-musuh yang mengepung rumah beliau, sambil membaca ayat ke-9 dari Surah Yaa-Siin:
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Maka Allah (SWT) pun menghalangi penglihatan mereka sehingga mereka tak dapat melihat Rasulullah (SAW) meskipun beliau sempat menaburkan debu keatas kepala setiap anggota pasukan yang mengepung di sekitar rumah beliau.
PERJALANAN HIJRAH RASULULLAH (SAW)
Dari rumah beliau; Rasulullah (SAW) pergi menuju rumah Abu Bakar (RA) dan kemudian mereka berdua melompat keluar melalui jendela belakang rumah dan melarikan diri di kegelapan malam sebagaimana telah direncanakan. Berdua saja mereka menempuh jarak lebih-kurang 7.5 Km menuju sebuah goa yang dikenal dengan sebutan “Goa Tsur”.
Orang-orang kafir amat sangat marah karena ternyata adalah Ali (RA) yang berada di tempat tidur Nabi Muhammad (SAW), maka pencarian dan pengejaran secara besar-besaran terhadap Rasulullah (SAW) pun mereka lakukan. Mereka mengumumkan sayembara berhadiah 100 ekor onta bagi siapa saja yang dapat menyerahkan kepala Nabi (SAW).
SATU MUKJIZAT LAGI:
Sepasukan orang kafir telah sampai di depan goa Tsur. Mereka mendapati adanya sarang laba-laba di mulut goa. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak masuk kedalam goa, sebab jika beliau (SAW) memasuki goa maka tentu sarang laba-laba itu telah rusak. Sekelompok yang lain, juga sampai di mulut goa itu dan mendapati sebuah sarang burung lengkap dengan beberapa butir telur burung yang berada tepat di mulut goa Tsur. Mereka pun berkesimpulan bahwa Rasulullah (SAW) tidak pernah masuk kedalam goa ini, sebab jika hal itu terjadi maka tentulah jaring laba-laba dan sarang burung itu sudah tidak lagi berada pada tempatnya.
Perhatikanlah hal ini; musuh sebenarnya hanya kira-kira satu meter dari beliau (SAW), namun Allah (SWT) melindungi Nabi-Nya dengan ciptaan-Nya yang paling rapuh; yakni sebuah jaring laba-laba.
Setiap kali, Abu Bakar (RA) berujar, “Jika saja musuh kita membungkukkan badan, mereka pasti dapat melihat kita.” Rasulullah pun menjawab, “Janganlah cemas, pertolongan Allah (SWT) menyertai kita.”.
Surah At-Taubah , ayat-40:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka-cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Maka hanya atas Kasih-sayang Allah (SWT) sajalah mereka berdua bisa bersikap tenang didalam keadaan yang sedemikian genting, dan Allah pun menolong mereka berdua dengan pasukan-Nya yang tak terlihat oleh mata manusia.
DI DALAM GOA TSUR:
Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka berdua.
1. Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan menyampaikan berita perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua. Sebelum fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.
2. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa pada malam hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga cukup kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar selang beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.
3. Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa ini, setelah hari ke-tiga, membawa dua ekor onta.
4. Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada Nabi (SAW) sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham untuk onta itu. Onta inilah yang kemudian dikenal sebagai onta Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.
5. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan menuju Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.
MUKJIZAT BERIKUTNYA:
Selama menempuh perjalanan dari makkah ke Madinah rombongan mereka lewat di dekat kemah Ummu Maabad. Mereka pun bertanya, “Adakah kamu memiliki sesuatu yang boleh kami makan atau minum?” Ia menjawab, “Maaf, sudah tidak ada sama sekali. Bahkan domba-domba kami pun sedang digembalakan jauh dari sini oleh suami saya.” Rasulullah (SAW) melihat seokor domba berada di dekat kemah, maka beliau pun bertanya, “Bagaimana dengan domba ini?” Ummu Maabad berkata, “Domba ini sangat lemah, tidak ada susu padanya setetes pun.” Nabi (SAW) bertanya, “Bolehkah aku coba memerah susunya?” Ia pun mempersilahkan, “Cobalah, sekiranya bisa mendapatkan susu darinya.”
Kemudian beliau (SAW) mengelus domba itu seraya memanjatkan doa dan mulai memerah susu domba itu dan ditampung dalam sebuah wadah. Ummu Maabad pun diberi minum susu domba itu hingga puas. Begitu juga dengan mereka yang menyertai beliau, mereka pun minum hingga puas.
Sekali lagi beliau memerah susu domba itu sepenuh wadah dan meninggalkannya untuk Ummu Maabad. Manakala suami Ummu Maabad kembali ke kemahnya, ia pun terperanjat melihat ada sediaan susu. Diceritakanlah kepada sang suami bahwa seorang yang sangat mulia akhlaqnya baru saja mengunjunginya. Ia gambarkan juga ciri-ciri tamunya itu. Sang suami berkata, “Ciri-cirinya serupa benar dengan seseorang yang sedang dicari-cari oleh orang-orang Quraisy. Semoga saja aku dapat menjadi sahabatnya.” (Zadul Ma'ad).
Adapun rombongan Rasulullah (SAW) melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Suraqah bin Malik mengejar mereka dengan menunggang kuda dan berharap dapat menangkap dan menyerahkan Nabi (SAW) kepada kaum Quraisy agar dapat memenangkan hadiah seratus ekor onta. Namun, begitu ia telah begitu dekat dengan rombongan itu, kuda yang ditungganginya terjatuh. Entah bagaimana, kaki kuda itu terbenam kedalam pasir. Ia telah mengupayakan empat hal dengan hasil yang sama. Suraqah menyadari bahwa ia telah berusaha menangkap Rasulullah (SAW). Ia berjalan menghampiri Nabi (SAW) dan menyampaikan maksud jahat dengan kehadirannya disitu. Suraqah memohon agar Rasulullah (SAW) memaafkan dirinya beserta semua warga sukunya, dan juga memohon agar beliau (SAW) tidak menuntut balas terhadap mereka kelak pada waktu menaklukan kaum Quraisy. Rasulullah (SAW) dengan sangat bijaksana meluluskan permintaan Suraqah. Kelak kemudian, Suraqah pun memeluk Islam. (Zadul Ma’ad).
Buraidah Aslami, seorang kepala suku, juga ikut melakukan pengejaran dan pencarian terhadap Rasulullah (SAW) demi memenangi sayembara berhadiah yang diadakan oleh kaum Quraisy. Ia telah mengetahui posisi rombongan Nabi (SAW) dan iapun mendekat dan berbicara kepada beliau (SAW), namun pada akhirnya beliaupun dapat menundukkan hati Buraidah, sehingga Buraidah berikut tujuh-puluh orang lelaki warganya pun memeluk Islam, diantaranya langsung pada saat itu dan ada juga yang kemudian. Ia kibarkan bendera putih yang terbuat dari sorbannya dan kembali pulang ke Makkah sambil mengumumkan dengan suara keras bahwa, Rasulullah; sang raja perdamaian dan keadilan; sedang dalam perjalanan. (dari kitab Rahmatul-‘Alamin oleh Mohammad Sulaiman).
TIBA DI QUBA’:
Penduduk Madinah dan suku-suku di sekitarnya telah berhari-hari menantikan kedatangan Rasulullah (SAW), mereka duduk berkelompok di sekitar tempat tinggal mereka. Manakala telah tengah hari dimana terik matahari sudah tak tertahankan, mereka kembali masuk ke dalam rumah masing-masing. Di suatu siang, seorang Yahudi sedang mendaki sebuah bukit kecil bermaksud mencari sesuatu yang bisa berguna. Ia melihat Nabi (SAW) beserta para sahabat beliau dalam pakaian putih-putih sedang berjalan mendekati Quba’. Maka, dengan suara lantang ia umumkan hal ini kepada orang-orang Arab.
Ummat Muslim Quba’ pun bergegas keluar rumah berhiaskan pedang di tangan, penuh keriangan menyambut kehadiran Nabi Muhammad (SAW). Abu Bakar (RA) menjabat tangan dengan mereka satu-persatu, Nabi (SAW) duduk beristirahat. Pada waktu bersamaan, sinar matahari jatuh tepat ke wajah Rasulullah (SAW). Abu Bakar (RA) pun segera memayungkan selembar kain alas keatas Nabi (SAW) untuk melindungi beliau dari sengatan sinar matahari. Dengan demikan mengertilah mereka bahwa itulah Rasulullah (SAW). (Bukhari).
Maka saat itu juga orang-orang Yahudi menjadi saksi atas terpenuhinya janji Allah (SWT) didalam kitab suci mereka, dimana disebutkan didalamnya bahwa datangnya dari arah selatan, dan Sang Quddus (insan suci) itu berasal dari pegunungan Faran.
Selang beberapa hari kemudian, Nabi (SAW) mendirikan masjid di Quba sebagaimana disebutkan didalam Al-Qur’an. Beliau (SAW) dan seluruh sahabat terlibat langsung dalam pembangunan masjid ini. Semua Muslim adalah setara dan mereka semua sangat antusias untuk memperoleh balasan dari Allah (SWT). Setelah bermalam beberapa hari, Rasulullah (SAW) dan para sahabat melanjutkan perjalanan menuju Madinah pada hari Jum’at dan melaksanakan Shalat Jum’at di sebuah lahan di lingkungan suku Banu Salim Bin Auf. Sampai sekarang masih dapat kita saksikan sebuah masjid tegak berdiri di tempat itu, masjid itu dinamakan Masjid Jum’ah.
TIBA DI MADINAH
Setiba Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di dekat rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu sampai terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung turun tangan dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan Badar.
Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami. Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).
ARTI PENTING HIJRAH:
Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:
1. Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah kelompok/golongan didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.
2. Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada tanggal 16 Juli 632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah dimulainya perhitungan kalender Hijriyah.
3. Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam. Peristiwa bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan kelompok Yahudi dan beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi yang kemudian.
4. Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar (RA) sebagai teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam Al-Quran, Surah At-Taubah. Ini merupakan penghargaan paling utama bagi Abu Bakar (RA).
5. Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat mengambil kesimpulan bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan yang amat penting dalam peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan bahwasanya sebagian orang masih menilai secara tidak adil terhadap diri sahabat yang demikian dihormati ini.
referensi : https://www.facebook.com/KumpulanSejarahIslam