CENDEKIA ULUNG

Rabu, 06 Februari 2013

0

download murottal Abdullah Al-Juhany mp3 lengkap gratis

download murottal Abdullah Al-Juhany mp3 lengkap gratis. biografi sheikh abdullah al juhany Shaikh Abdullah Awwad Fahd Ma'yoof Abdullah Muhammad Al- Kadyuwan Humaimy Adh-Dhabyaani Al-Juhany, beliau dari Jaheenah.

Ia memiliki tiga saudara - Adil, Lafee, dan Muhammad - dan dua saudara perempuannya. Beliau adalah anak bungsu.

Syaikh Abdullah Al-Juhany lahir Di Madinah Al-munawwarah pada tahun 1396, Beliau sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki - Muhammad dan Abdul Aziz- dan dua anak perempuan.

Beliau hafal Al-Qur'an pada usia muda, memenuhi keinginan orang tuanya dan diberi kemampuan oleh Allah subhana wa ta'ala untuk mengajar Al Qur'an di Mesjid di bagian barat Madinah.

Beliau belajar di College of Qur'an Al-Kareem di Universitas Islam. Shaikh Abdullah lulus dari Universitas Islam dengan gelar dalam studi Al-Qur'an dan menjadi TA dari penyusun Guru (Sekolah Pengajaran) di Madinah. Setelah itu, beliau menlanjutkan studinya di Mekah dan mendapatkan gelar Master. Pada usia 16, beliau berpartisipasi dalam kompetisi sebagai Hafidz Quran dan ia memenangkan hadiah pertama. Shaikh Abdullah tidak tumbuh sebagai anak yatim sebagaimana orang mengatakan (orang mengklaim beliau adalah seorang yatim piatu) Orang tuanya masih hidup dan Alhamdulillah Semoga Allah memberikan umur panjang. ameen...

Shaikh Abdullah dianggap sebagai Imam satu-satunya -yang oleh karunia Allah- telah menjadi imam di beberapa Masjid terbesar terhadap dunia Islam. Dia telah/ akan menjadi imam di masjid berikut :

Masjid Al-Haram Di makkah

Masjid An-Nabawih di Madinah

Masjid Quba

Masjid Qiblatain

Ada beberapa informasi bahwa sebelum Shaikh Abdullah memimpin shalat pertamanya di Mesjid An-Nabawih pada tahun 1419 dia (ditunjuk) untuk memimpin shalat di salah satu masjid terbesar di Washington tetapi Kedermawanan dan kehendak Allah, Raja Abdullah (ketika masih putra mahkota) menunjuk beliau untuk memimpin shalat di masjid nabawih.

Saat ini beliau adalah salah satu imam di masjidil haram di Makkah Al-Mukarramah.

Berikut adalah murottal beliau....

1- Al-Fatihah  2- Al-Baqarah  3- Al-Imran  4- An-Nisa'
74-Al-Muddaththir

Berikut cara download murottal beliau :

I. klik kanan surah yang di pilih

II. kemudian muncul beberapa pilihan. pilih --> simpan tautan atau nama <--


referensi : tvquran.com

0

hati mati penyebab doa tidak terkabul

hati mati, doa tidak terkabul, tanda hati mati

10 tanda-tanda hati mati sehingga doa tidak terkabul. itulah mengapa kita selalu bertanya, mengapa doa kita tidak terkabul, patut untuk direnungkan. Inilah beberapa nasehat Ibrahim Bin Adham, tentang yang menyebabkan hati mati sehingga doa kita tidak terkabul. 
  1. Kita mengenal Allah, tetapi tidak melaksanakan hak-hakNya.
  2. Kita membaca kitab Allah, tetapi tidak pernah mengamalkannya.
  3. Kita tahu iblis adalah musuh, tetapi tetap mengikuti perintahnya.
  4. Kita menyatakan cinta kepada rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tetapi meninggalkan sunnahnya.
  5. Kita menyatakan ingin masuk surga, tetapi tidak pernah mengamalkan amalan ahli surga.
  6. Kita mengaku takut masuk neraka, tetapi tetap berbuat dosa.
  7. Kita tahu kematian pasti datang, tetapi tidak pernah melakukan persiapan untuk mati (bekal).
  8. kita selalu memperhatikan kesalahan orang lain, tetapi tidak memperhatikan kesalahan-kesalahan sendiri.
  9. Kita senang memakan Rizqi dari Allah, tetapi tidak pernah bersyukur kepada-Nya.
  10. Kita sering mengantar jenazah ke kubur, tetapi tidak mau mengambil pelajaran darinya.

 Mari kita jadikan bahan renungan.........

Wallahu a'lam

Selasa, 05 Februari 2013

0

Murottal | Abdulkaber Al-Hadid



Murottal | Abdulkaber Al-Hadidi. Sampai saat ini kami belum menemukan riwayat beliau..
Berikut adalah murottal beliau...

 1- Al-Fatihah  2- Al-Baqarah  3- Al-Imran  4- An-Nisa'
74-Al-Muddaththir


Berikut cara download murottal beliau :

I. klik kanan surah yang di pilih

II. kemudian muncul beberapa pilihan. pilih --> simpan tautan atau nama <--


link here : tvquran.com

Allah pun tertawa
0

Allah pun tertawa



Kisah-kisah Islam | Allah pun tertewa karenanya. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, aku mengetahui orang yang paling terakhir keluar dari neraka dan orang yang paling terakhir masuk surga. Dia adalah seorang lelaki yang keluar dari neraka sembari merangkak. Allah tabaraka wa ta’ala berkata kepadanya, ‘Pergilah kamu, masuklah ke dalam surga.’ Kemudian diapun mendatanginya dan dikhayalkan padanya bahwa surga itu telah penuh. Lalu dia kembali dan berkata, ‘Wahai Rabbku, aku dapati surga telah penuh.’ Allah tabaraka wa ta’ala berfirman kepadanya, ‘Pergilah, masuklah kamu ke surga.’.” Nabi berkata, “Kemudian diapun mendatanginya dan dikhayalkan padanya bahwa surga itu telah penuh. Lalu dia kembali dan berkata, ‘Wahai Rabbku, aku dapati surga telah penuh.’ Allah tabaraka wa ta’ala berfirman kepadanya, ‘Pergilah, masuklah kamu ke surga. Sesungguhnya kamu akan mendapatkan kenikmatan semisal dunia dan sepuluh lagi yang sepertinya’ atau ‘Kamu akan memperoleh sepuluh kali kenikmatan dunia’.” Nabi berkata, “Orang itu pun berkata, ‘Apakah Engkau hendak mengejekku, ataukah Engkau hendak menertawakan diriku, sedangkan Engkau adalah Sang Raja?’.” Ibnu Mas’ud berkata, “Sungguh, ketika itu aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai tampak gigi taringnya.” Periwayat berkata, “Maka orang-orang pun menyebut bahwa dialah sang penghuni surga yang paling rendah kedudukannya.” Dalam riwayat lain disebutkan: Maka Ibnu Mas’ud pun tertawa, lalu berkata, “Apakah kalian tidak bertanya kepadaku mengapa aku tertawa?”. Mereka menjawab, “Mengapa engkau tertawa?”. Beliau menjawab, “Demikian itulah tertawanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. -Ketika itu- mereka -para sahabat- bertanya, ‘Mengapa anda tertawa wahai Rasulullah?’. ‘Disebabkan tertawanya Rabbul ‘alamin tatkala orang itu berkata, ‘Apakah Engkau mengejekku, sedangkan Engkau adalah Rabbul ‘alamin?’. Lalu Allah berfirman, ‘Aku tidak sedang mengejekmu. Akan tetapi Aku Maha kuasa melakukan segala sesuatu yang Kukehendaki.’.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Syarh Muslim [2/314-315]

Hadits yang agung ini memberikan pelajaran, di antaranya:
  1. Beriman terhadap keberadaan surga dan neraka. Surga merupakan tempat tinggal bagi orang-orang yang beriman, sedangkan neraka merupakan tempat tinggal orang-orang yang kufur kepada Rabbnya

  2. Iman kepada hari akhir serta pembalasan amal manusia kelak di akherat

  3. Iman kepada perkara gaib

  4. Iman bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar-benar utusan Allah yang berbicara berlandaskan wahyu dari-Nya, bukan menyampaikan dongeng atau cerita yang beliau karang sendiri 

  5. Dorongan untuk beramal salih agar termasuk penduduk surga, dan peringatan dari kemaksiatan yang dapat menyeret pelakunya ke dalam jurang neraka

  6. Boleh tertawa, dan hal itu bukanlah perkara yang dibenci dalam sebagian kondisi dan kesempatan. Hal itu juga tidak menyebabkan jatuhnya muru’ah/kehormatan selama tidak sampai melampaui batas kewajaran (lihat Syarh Muslim [2/315])

  7. Boleh menirukan tertawanya orang lain dengan tujuan menggambarkan keadaan sosok yang patut diteladani sebagaimana yang dilakukan oleh Ibnu Mas’ud menirukan tertawanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (lihat Fath al-Bari [11/503])

  8. Pada hari kiamat kelak, Allah berbicara kepada hamba-hamba-Nya (lihat Shahih al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, hal. 1490-1491)

  9. Allah Maha kuasa atas segala sesuatu

  10. Allah adalah Sang Raja (al-Malik) yang menguasai jagad raya

  11. Allah adalah Rabb (pemelihara dan pengatur) alam semesta

  12. Allah Maha berkehendak

  13. Allah pun bisa tertawa, namun tertawanya Allah tidak sebagaimana makhluk. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura: 11). Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Para salaf telah bersepakat menetapkan ‘tertawa’ ada pada diri Allah. Oleh sebab itu wajib menetapkannya (menerimanya, pent) tanpa menyelewengkan maknanya, tanpa menolaknya, tanpa membagaimanakan sifatnya, dan tidak menyerupakannya. Itu merupakan tertawa yang hakiki yang sesuai dengan -keagungan- Allah ta’ala.” (lihat Syarh Lum’at al-I’tiqad, hal. 61)

  14. Kenikmatan yang ada di Surga jauh berlipat ganda daripada kenikmatan di alam dunia (lihat Shahih Bukhari, Kitab ar-Riqaq, hal. 1329). Oleh sebab itu tidak selayaknya kenikmatan yang sedemikian besar ‘dijual’ demi mendapatkan kesenangan dunia yang sedikit dan sementara saja, bahkan tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan akherat

  15. Khayalan atau perasaan tidak bisa dijadikan sebagai pegangan, tetapi yang dijadikan pegangan adalah wahyu/dalil atau perkataan orang yang benar-benar mengetahui/berilmu

  16. Wajib mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya

  17. Luasnya rahmat Allah ta’ala, tatkala orang yang paling terakhir keluar dari neraka pun masih merasakan kenikmatan surga yang sepuluh kali lipat dari kenikmatan dunia

  18. Orang mukmin yang dihukum di neraka karena dosa besarnya maka suatu saat akhirnya diapun akan dikeluarkan darinya dan masuk ke dalam surga. Sehingga ini merupakan bantahan bagi Khawarij yang beranggapan bahwa pelaku dosa besar kekal di dalam neraka (lihat Syarh Muslim [2/323])

  19. Ada sebagian orang beriman yang ‘mampir’ dulu ke neraka sebelum dimasukkan ke dalam surga, tentu saja hal itu bukan karena kezaliman Allah namun karena dosa besar yang mereka lakukan

  20. Peringatan atas bahaya dosa-dosa besar bagi pelakunya di akherat kelak -apabila dia belum bertaubat darinya-, karena pelakunya termasuk golongan orang yang diancam dengan siksa neraka, wal ‘iyadzu billah
     
  21. Tidak boleh bersikap meremehkan dosa-dosa besar

  22. Orang yang benar-benar memahami keutamaan tauhid bukanlah orang yang menganggap sepele dosa-dosa besar. Oleh sebab itu Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah dia sedang duduk di bawah bukit yang dia khawatir akan runtuh menimpa dirinya. Adapun orang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat di atas hidungnya kemudian cukup dia usir dengan cara seperti ini -yaitu dengan menggerakkan tangannya semata-.” (lihat Fath al-Bari [11/118])
     
  23. Hadits ini juga menunjukkan keadilan Allah ta’ala dimana Allah memberikan hukuman kepada orang-orang yang berbuat dosa besar kelak di akherat sesuai dengan kehendak-Nya, meskipun bisa saja Allah berkehendak untuk mengampuninya (untuk sebagian hamba-Nya) 

  24. Hadits ini menunjukkan keutamaan orang yang lebih dulu masuk surga

  25. Anjuran untuk berlomba-lomba dalam beramal supaya bisa menjadi golongan orang yang terdahulu masuk surga

  26. Orang yang masuk surga itu bertingkat-tingkat dalam hal keutamaan diri dan balasan yang mereka dapatkan

  27. Hadits ini menunjukkan keutamaan tauhid, karena tidaklah orang masuk surga kecuali karena tauhid yang dilaksanakannya ketika di dunia

  28. Hadits ini juga menunjukkan bahaya syirik dan kekafiran, karena tidaklah seorang kekal di dalam neraka melainkan karena sebab dosa syirik besar dan kekafiran yang dilakukan olehnya


    referensi :
    - http://abumushlih.com/allah-pun-tertawa-karenanya.html/

Senin, 04 Februari 2013

0

hadist tentang agama adalah nasehat

Agama adalah nasehat. didalam islam agama adalah nasehat utama, sebuah nasehat hidup untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. berikut hadist yang berkaitan dengan artikel agama adalah nasehat :

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama seluruhnya adalah nasihat.” Maka kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Yaitu untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin, dan untuk rakyatnya.” (HR. Muslim [55]).

agama adalah nasehat
agama nasehat - cendekia -

Hadits yang mulia ini mengandung banyak pelajaran, di antaranya :

Pertama

Seluruh ajaran agama tercakup dalam hadits ini. Sebab seluruh ajaran agama memiliki maksud yang sama yaitu nasihat. Secara bahasa nasihat bermakna murni dan tulus. Sedangkan yang dimaksud di sini adalah menginginkan kebaikan bagi yang dinasihati (Jami’ul ‘Ulum, hal. 101). An-Nawawi rahimahullah berkata, “Hadits ini adalah hadits yang memiliki kedudukan yang sangat agung, di atas hadits inilah seluruh ajaran agama Islam berporos…”. “…Adapun apa yang dikatakan oleh banyak ulama yang menyatakan bahwa hadits ini merupakan seperempat ajaran agama Islam, maka hal itu tidak tepat seperti apa yang mereka ucapkan. Bahkan poros semua ajaran ada dalam hadits ini saja.” (Syarh Muslim, 2/116). Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Hadits ini mungkin untuk dimaknai sebagaimana lahiriyahnya karena setiap amal yang tidak dimaksudkan oleh pelakunya dengan ikhlas maka amal itu bukan termasuk bagian agama.” (Fath Al-Bari, 1/169). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Hadits ini menunjukkan bahwa nasihat meliputi unsur Islam, Iman, dan Ihsan yang disebutkan dalam hadits Jibril ‘alaihis salam dan ketiganya disebut sebagai agama.” (Jami’ul ‘Ulum, hal. 100)

Kedua

Nasihat untuk Allah adalah : ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, mempersaksikan keesaan-Nya dalam hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat-Nya (Syarh Al-Arba’in li Ibni Utsaimin, hal. 116). Selain itu, menunaikan kewajiban dengan sempurna dengan diiringi rasa cinta dan kesungguhan dalam mendekatkan diri kepada-Nya serta menjauhi hal-hal yang diharamkan dan yang dimakruhkan (lihat Jami’ul ‘Ulum, hal. 101). An-Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa salah satu bentuk nasihat untuk Allah adalah, “Meninggalkan ilhad/penyimpangan dalam memahami sifat-sifat-Nya dan menyifati-Nya dengan seluruh sifat kesempurnaan dan kemuliaan, dan membersihkan Allah subhanahu wa ta’ala dari semua kekurangan…” (Syarh Muslim, 2/116). Hakikat nasihat untuk Allah adalah : benarnya keyakinan tentang keesaan diri-Nya dan mengikhlaskan niat dalam beribadah kepada-Nya (Jami’ul ‘Ulum, hal. 101)

Ketiga

Nasihat untuk Kitab-Nya adalah : membelanya dari penyelewengan, membenarkan beritanya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan yang disebutkan di dalamnya, meyakini bahwa ketetapan hukumnya adalah hukum yang terbaik, dan mengimani bahwa Al-Qur’an ini adalah kalamullah, bukan ucapan makhluk-Nya (lihat Syarh Al-Arba’in li Ibni Utsaimin, hal. 116-117). Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan termasuk bentuk nasihat untuk Kitab-Nya adalah dengan mempelajari dan mengajarkannya, dan membacanya dengan benar (Fath Al-Bari, 1/169). Hakikat nasihat untuk Kitab-Nya adalah : beriman dengannya dan mengamalkan ajarannya (Jami’ul ‘Ulum, hal. 101).

Keempat

Nasihat untuk Rasul-Nya adalah : mengimani kerasulan beliau, memurnikan ittiba/pengikutan kepadanya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya, membela ajarannya, meyakini keharusan mengamalkan haditsnya sebagaimana juga harus mengamalkan Al-Qur’an, menolong Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hidup ataupun sesudah matinya -yaitu dengan membela tuntunannya- (Syarh Al-Arba’in li Ibni Utsaimin, hal. 117). Ibnu Hajar rahimahullah juga menyebutkan termasuk bagian dari nasihat untuk Rasul-Nya adalah dengan mengagungkan beliau, menghidupkan sunnahnya dengan mempelajari dan mengajarkannya, meneladani ucapan dan perbuatannya, mencintainya dan mencintai para pengikutnya (Fath Al-Bari, 1/169). An-Nawawi rahimahullah menyebutkan juga termasuk dalam hal ini yaitu memusuhi orang yang memusuhi Rasul, menepis tuduhan jelek kepadanya, beradab ketika membaca haditsnya dan tidak berbicara tentangnya tanpa ilmu, memuliakan ahli hadits/ahlu sunnah, berakhlak dengan akhlaknya, mencintai keluarga dan para sahabatnya, menjauhi ahli bid’ah dan orang-orang yang melecehkan kehormatan para sahabatnya (lihat Syarh Muslim, 2/117).

Kelima

Nasihat untuk para pemimpin kaum muslimin : mencintai kebaikan, hidayah, dan keadilan pada diri mereka, menyukai umat bersatu di bawah kepemimpinan mereka, tidak senang melihat umat berpecah belah, menaati mereka dalam rangka taat kepada Allah, membenci pemberontakan, dan suka memuliakan mereka dalam ketaatan kepada Allah (Jami’ul ‘Ulum, hal. 102-103). Pemimpin kaum muslimin ada 2 : ulama Rabbani dan pemerintah. Bersikap nasihat kepada ulama adalah dengan : mencintai mereka, membantu dakwah mereka, membela kehormatan mereka, meluruskan kesalahannya, menyarankan cara yang lebih baik dalam mendakwahi masyarakat. Sedangkan nasihat untuk pemerintah meliputi : meyakini keabsahan pemerintahan mereka, menyebarluaskan kebaikan mereka, melaksanakan perintah dan larangan mereka selama tidak bertentangan dengan syariat -meskipun mereka adalah pelaku dosa besar-, menutupi aib mereka sebisa mungkin, dan tidak memberontak kepada mereka atau menghasut rakyat untuk melakukannya (lihat Syarh Al-Arba’in li Ibni Utsaimin, hal. 120-122). Al-Khattabi rahimahullah menjelaskan termasuk nasihat bagi pemerintah adalah dengan : shalat bermakmum di belakang mereka, berjihad bersama mereka, menyalurkan sedekah/zakat melalui mereka, dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Dan apabila mereka adalah ulama maka termasuk nasihat untuk mereka adalah dengan bersangka baik kepada mereka (lihat Syarh Muslim, 2/117). Termasuk dalam nasihat bagi ulama adalah dengan menyebarkan keutamaan-keutamaan mereka (Fath Al-Bari, 1/169).

Keenam

Nasihat untuk rakyat biasa : yaitu dengan membimbing mereka demi kemaslahatan mereka, memberikan pelajaran kepada mereka dalam urusan agama maupun dunia, menutupi aib-aib mereka, melengkapi kekurangan mereka, membela mereka dalam menghadapi serangan musuh, menjauhi tipu daya dan kedengkian kepada mereka, mencintai kebaikan untuk mereka sebagaimana mencintai kebaikan itu bagi dirinya dan membenci keburukan menimpa mereka sebagaimana dia tidak menyukai hal itu menimpa dirinya (Jami’ul ‘Ulum, hal. 103). Yang dimaksud dengan rakyat biasa adalah selain pemerintah dan ulama. Termasuk dalam nasihat untuk mereka adalah dengan melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar dengan lembut dan ikhlas, menyayangi mereka, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda, menasihati mereka dengan baik, melindungi harga diri dan harta mereka, dan mendorong mereka untuk melakukan ketaatan (lihat Syarh Muslim, 2/117-118).

Ketujuh

Termasuk dalam nasihat untuk Allah, untuk kitab-Nya dan untuk rasul-Nya adalah : [1] membantah berbagai penyimpangan dan kesesatan dengan dalil-dalil Al-Kitab dan As-Sunnah dengan membuktikan kebatilan tersebut berdasarkan dalil-dalilnya, [2] membantah pendapat-pendapat yang lemah yang muncul akibat ketergelinciran para ulama, [3] menerangkan hadits yang sahih dan yang lemah dengan menjelaskan keadaan para periwayatnya. Dan ini semua merupakan bentuk nasihat yang hanya bisa dilakukan oleh ahlinya/ulama dan orang-orang yang berilmu. Termasuk dalam nasihat yaitu memberikan wejangan/saran ketika saudara kita meminta nasihat. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin besar nasihat yang dilakukan oleh seseorang maka semakin tinggi kedudukannya di sisi Allah. Abu Bakar Al-Muzani rahimahullah berkata, “Tidaklah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu melampaui keutamaan para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan puasa ataupun shalat, akan tetapi dengan sesuatu yang bersemayam di dalam hatinya.” Ibnu ‘Aliyah mengatakan, “Yang bersemayam di dalam hatinya adalah kecintaan karena Allah ‘azza wa jalla dan nasihat kepada makhluk-Nya.” Fudhail bin Iyadh rahimahullah mengatakan, “Tidaklah ada di antara kami ini orang yang bisa mencapai kedudukan yang mulia dengan banyaknya shalat atau puasa, orang yang dapat meraih kemuliaan di antara kami adalah dengan kedermawanan diri, kelapangan dada, dan nasihat kepada umat manusia.” Ibnul Mubarak pernah ditanya, “Amal apakah yang paling utama?”. Beliau menjawab, “Menasihati karena Allah.” Ma’mar mengatakan, “Dahulu dikatakan bahwa orang yang paling menasihati kamu adalah yang menumbuhkan rasa takut kepada Allah di dalam hatimu.” Para ulama salaf biasa menasihati orang lain dengan sembunyi-sembunyi. Sampai-sampai ada yang mengatakan, “Barangsiapa yang menasihati saudaranya antara dirinya dengan saudaranya itu maka itulah nasihat. Barangsiapa yang menasihatinya di depan orang banyak maka sesungguhnya dia telah menjatuhkannya.” Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Ciri orang mukmin itu menutupi aib dan senang menasihati, sedangkan ciri orang fajir adalah suka membuka aib orang dan melecehkannya.” Ibnu Abbas pernah ditanya bagaimana cara menasihati penguasa. Beliau menjawab, “Kalau kamu melakukannya, maka kamu harus berbicara/menyampaikan langsung berdua dengannya.” (lihat Jami’ul ‘Ulum, hal. 104-105).

Kedelapan

Hadits ini menunjukkan bolehnya mengakhirkan penjelasan dari waktu pembicaraan, sebagaimana tampak dari pertanyaan para sahabat, “Untuk siapakah nasihat itu?”. (Fath Al-Bari, 1/169). Baru setelah sahabat bertanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan penjelasan lebih terperinci.

Kesembilan

Hadits ini juga menunjukkan betapa besar semangat para sahabat untuk menimba ilmu (lihat Syarh Al Arba’in li Ibnu Utsaimin, hal. 123).

Kesepuluh

Hadits ini juga menunjukkan bagusnya tata cara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memberikan pelajaran kepada para sahabatnya. Beliau menyebutkan perkara secara global kemudian disertai penjelasan yang lebih rinci (lihat Syarh Al Arba’in li Ibnu Utsaimin, hal. 123).

Kesebelas

Hendaknya memulai dari yang terpenting kemudian perkara penting yang lain. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadits ini yang mendahulukan penyebutan nasihat untuk Allah sebelum nasihat untuk yang lainnya (lihat Syarh Al Arba’in li Ibnu Utsaimin, hal. 123). Wallahu a’lam.

 referensi :
- http://abumushlih.com/agama-adalah-nasehat.html/
0

Shalat Tarawih di Masjidil Haram Tahun 2012 | MALAM 2 (video)


Shalat Tarawih di Masjidil Haram Tahun 2012 | MALAM 2. Berikut adalah video shalat tarawih di masjidil haram malam 2, selaku imam adalah Sheikh Maher Al-Muaiqly  dan Sheikh Su'ud Asy Shuraim..